Belajar gerak harus menggugah berpikir siswa. Pendidikan jasmani harus mengajarkan siswa berpikir sebagaimana pula mengajarkan gerak. Guru pendidikan jasmani harus berusaha agar pembelajaran bermakna dan mencapai tujuan, bukan merupakan suatu respon gerak belaka, yang tidak atau sedikit melibatkan kemampuan berpikir siswa. Guru harus membelajarkan gerak untuk pemahaman dan pengetahuan siswa. Belajar gerak lebih merupakan belajar dengan cara coba-coba, guru membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir yang diperlukan untuk keberhasilan mengatasi masalah-masalah gerak dalam kehidupan dimasa yang akan datang. Proses ini termasuk pemahaman bagaimana tubuh digerakkan dan bagaimana gerakan tubuh diubah kedalam berbagai kondisi dan situasi. Pembelajaran gerak yang melibatkan proses persepsi, interpretasi, perbaikan, pengembangan, pengaplikasian, dan penciptaan gerak perlu dirancang guru pendidikan jasmani agar menyentuh dan mengembangkan penampilan serta fungsi kognisi siswa.
Keterkaitan belajar gerak dalam hubungan dengan penampilan dan fungsi kognisi perlu memperhatikan hal-hal berikut dibawah ini.
Belajar dipengaruhi oleh persepsi siswa. Dimensi pembalajran pertama adalah persepsi dan sikap positif tentang pembelajaran. Persepsi siswa tentang kemampuan mereka sendiri untuk sukses memainkan peran penting terhadap keberhasilan mereka. Takut akan gagal atau perasaan lain yang negatif akan mempengaruhi keberhasilan mereka. Persepsi ini akan mempengaruhi belajar siswa. Penciptaan situasi emosional atau perlibatan emosional siswa harus menjadi pertimbangan guru pendidikan jasmani. Keadaaan emosional siswa dapat menunjang atau bahkan menghambat penampilan gerak siswa. Meskipun sentuhan emosional diperlukan dalam belajar gerak, tetapi sebaiknya perlibatan emosional ini tidak terlalu tinggi. Terlalu tinggi ketegangan emosional akan berdampak pada rendahnya kualutas belajar siswa, karena energi tubuh akan terkuras untuk mengatasi ketegangan yang muncul. Guru pendidikan jasmani perlu mengatasi ketegangan atau kecemasan siswa. Kecemasan yang muncul bisa merusak belajar siswa. Karena itu, tingkat kesulitan gerak dalam pembelajaran perlu secara progresif meningkat, dan mulailah dari tingkat kesulitan yang sederhana sampai yang lebih kompleks, atau dari yang mudah sampai kegiatan tugas gerak yang lebih sukar, bersamaan dengan itu akan meningkat pula tingkatan kepercayaan sehingga akan berdampak pada self-esteem siswa. Pertandingan atau kompetisi perlu dikendalikan sehingga tidak terlalu banyak menimbulkan kecemasan atau ketegangan.
Pengajaran lebih dari sekedar proses penyampaian pengetahuan. Dimensi kedua dalam pengembangan kemampuan berpikir melibatkan pemerolehan dan pengintegrasian pengetahuan. Pengajaran adalah proses kontruksi makna personal dari interaktif yang relatif tinggi dari informasi yang diperoleh ketika belajar dan pengintegrasian informasi itu kedalam apa yang diketahui dengan penciptaan pengetahuan baru. Pengajaran melibatkan proses subjektif dari interaksi antara apa yang diketahui dengan apa yang tidak diketahui. Pembelajaran menjadi semakin sukar manakala materi yang baru tidak dapat dikaitkan dengan sesuatu yang sudah diketahui, manakala pengetahuan berbeda dalam satu situasi tidak dapat ditransfer kedalam suatu situasi baru. Dimensi ini sangat mendukung pendekatan konseptual yang dikembangkan kedalam pengembangan pengetahuan, yaitu muatan gerak, dan penerapannya dalam berbagai situasi belajar. Belajar yang efektif membutuhkan suatu analisis yang lebih mendalam tentang informasi baru untuk mengorganisasikannya dan membentuknya dalam cara yang bermakna. Aspek terakhir dari proses ini adalah internalisasi informasi sehingga dapat digunakan. Hal ini membutuhkan pendalaman dan pengulangan sehingga dapat dicerna dan digunakan dengan sedikit upaya.
Belajar dipengaruhi oleh persepsi siswa. Dimensi pembalajran pertama adalah persepsi dan sikap positif tentang pembelajaran. Persepsi siswa tentang kemampuan mereka sendiri untuk sukses memainkan peran penting terhadap keberhasilan mereka. Takut akan gagal atau perasaan lain yang negatif akan mempengaruhi keberhasilan mereka. Persepsi ini akan mempengaruhi belajar siswa. Penciptaan situasi emosional atau perlibatan emosional siswa harus menjadi pertimbangan guru pendidikan jasmani. Keadaaan emosional siswa dapat menunjang atau bahkan menghambat penampilan gerak siswa. Meskipun sentuhan emosional diperlukan dalam belajar gerak, tetapi sebaiknya perlibatan emosional ini tidak terlalu tinggi. Terlalu tinggi ketegangan emosional akan berdampak pada rendahnya kualutas belajar siswa, karena energi tubuh akan terkuras untuk mengatasi ketegangan yang muncul. Guru pendidikan jasmani perlu mengatasi ketegangan atau kecemasan siswa. Kecemasan yang muncul bisa merusak belajar siswa. Karena itu, tingkat kesulitan gerak dalam pembelajaran perlu secara progresif meningkat, dan mulailah dari tingkat kesulitan yang sederhana sampai yang lebih kompleks, atau dari yang mudah sampai kegiatan tugas gerak yang lebih sukar, bersamaan dengan itu akan meningkat pula tingkatan kepercayaan sehingga akan berdampak pada self-esteem siswa. Pertandingan atau kompetisi perlu dikendalikan sehingga tidak terlalu banyak menimbulkan kecemasan atau ketegangan.
Pengajaran lebih dari sekedar proses penyampaian pengetahuan. Dimensi kedua dalam pengembangan kemampuan berpikir melibatkan pemerolehan dan pengintegrasian pengetahuan. Pengajaran adalah proses kontruksi makna personal dari interaktif yang relatif tinggi dari informasi yang diperoleh ketika belajar dan pengintegrasian informasi itu kedalam apa yang diketahui dengan penciptaan pengetahuan baru. Pengajaran melibatkan proses subjektif dari interaksi antara apa yang diketahui dengan apa yang tidak diketahui. Pembelajaran menjadi semakin sukar manakala materi yang baru tidak dapat dikaitkan dengan sesuatu yang sudah diketahui, manakala pengetahuan berbeda dalam satu situasi tidak dapat ditransfer kedalam suatu situasi baru. Dimensi ini sangat mendukung pendekatan konseptual yang dikembangkan kedalam pengembangan pengetahuan, yaitu muatan gerak, dan penerapannya dalam berbagai situasi belajar. Belajar yang efektif membutuhkan suatu analisis yang lebih mendalam tentang informasi baru untuk mengorganisasikannya dan membentuknya dalam cara yang bermakna. Aspek terakhir dari proses ini adalah internalisasi informasi sehingga dapat digunakan. Hal ini membutuhkan pendalaman dan pengulangan sehingga dapat dicerna dan digunakan dengan sedikit upaya.
Siswa harus belajar menggunakan pengetahuan dalam berbagai cara. Dimensi ketiga pembelajaran yang melibatkan kemampuan berpikir adalah memperluas dan memperbaharui pengetahuan, guru membantu siswa menggunakan pengetahuannya dalam berbagai cara. Dalam kaitan ini, sangatlah penting siswa dibelajarkan menggunakan apa yang telah dipejarinya kedalam berbagai situasi. Para siswa belajar mengobservasi kesamaan dan perbedaan dan mengklasifikasikan belajar kedalam kategori-kategori yang jelas dan menggunakan alasan-alasan deduktif ataupun induktif untuk mendapatkan prinsip-prinsip dan generalisasi dan konsekuensi-konsekuensi yang memungkinkan. Tentunya, menggunakan pertanyaan sangatlah penting sebagaimana yang dimaksud dalam proses ini.
Para siswa harus dilibatkan dalam belajar disetiap saat. Dimensi keempat melibatkan berpikir dan penggunaan pengetahuan secara bermakna. Proses ini merupakan kelanjutan dari dimensi ketiga. Dimensi keempat ini membutuhkan perlibatan jangka panjang terhadap materi, mengajar siswa kedalam tugas-tugas yang lebih kompleks. Hal ini membutuhkan inisiatif siswa sendiri untuk sepenuhnya terlibat. Pembuatan keputusan, investigasi, eksperimentasi dan pemecahan masalah yang terjadi bagian dari dimensi keempat ini.
Siswa harus belajar dalam kapasitas terbaik mereka. Dimensi akhir, membiasakan hasil kerja pikiran, memerlukan keteguhan dalam belajar, terutama manakala pembelajaran menjadi menjemukan. Keteguhan ini akan mengantarkan siswa menjadi ahli. Karena itu, siswa perlu lebih sensitif terhadap umpan balik, mencari ketepatan dan akurasi, bertahan atau tangguh ketika jawaban yang diberikan tidak mengenai sasaran yang diinginkan, memandang situasi pembelajaran dengan proporsional, dan menghindari rasa ketersinggungan. Dimensi ini membutuhkan siswa tangguh dan belajar dalam kapasitas terbaik dirinya.
Kesemua dimensi ini tidak terjadi dengan sendirinya dalam urutan atau tahapan-tahapan tetapi lebih merupakan interaksi dari kesemua variabel ini dalam situasi belajar. Kesemuanya itu merupakan bagian yang terintegrasi dalam pembelajaran pendidikan jasmani.
Kepemimpinan adalah penting dalam pembalajaran. Guru pendidikan jasmani memainkan peran penting dalam belajar siswa. Guru perlu memberikan kejelasan tugas ajar gerak, yang kemudian diikuti oleh demontrasi dan ilustrasi verbal untuk mengantarkan tujuan kepada siswa, mengajukan pertanyaan yang menstimulasi siswa untuk berpikir, merencanakan praktik-praktik pembelajaran, cermat dalam mendeteksi dan mengoreksi kesalahan gerak siswa, dan responsif terhadap kebutuhan siswa dalam kelompok. Guru pendidikan jasmani perlu menunjukkan minat tinggi kepada siswa dan kesungguhan serta keseriusan dalam mengajar.
0 komentar:
Posting Komentar